Saya tahu terkadang tulisan saya seakan keanak-anakan. Tapi tulisan-tulisan tersebut menguatkan saya semula dengan izinNya. Malah tulisan-tulisan yang lama itu adalah muhasabah bagi saya. Terkadang saya di atas, dan terkadang pula saya di bawah. Merangkak menyusuri kehidupan adalah persis air sungai yang mengalir. Terkadang tenang dan terkadang deras alirannya. Kehidupan dakwah dan tarbiah juga begitu. Adakalanya nikmat di jalan ini umpama angin bayu yang mengasyikkan, terkadang jalan ini juga menggerunkan hati saat dilandai angin kencang.
Di saat kita bahagia, jangan lupa Allah. Saat kita berasa nikmat dengan tarbiah, berdoalah agar Allah menthabatkan kita di jalanNya. Percayalah, ingatan kita pada Allah di saat bahagia, insya Allah menjadi asbab untuk Allah mengurniakan kita kekuatan saat kita kelelahan.
Beberapa hari yang lalu, saya di’belasah’ dengan ayat-ayat Allah. Terima kasih kak! Benar kata-kata akak. Akak cuma menjadi alat perantaraan di antara Allah dan saya. Terima kasih kerana memahamkan saya kalamNya.
Jujurnya dalam kehidupan sebagai pelajar perubatan, apabila kita dapat menyelesaikan puzzle penyakit yang dihadapi oleh pesakit, ada kegembiraan yang menyelinap lubuk hati kita. Perasaan gembira mengetahui sesuatu itu ada. Tapi jujur, nikmat mengetahui dan memahami AlQuran adalah keasyikan yang terlalu luar biasa sekiranya nak dibandingkan dengan nikmat-nikmat itu. Saya rasakan terlalu mahal harga yang perlu dibayar untuk memahami beberapa baris AlQuran. Kalau awak ada mp3 bertimbun pun tentang tafsir, tetap Allah jualah yang akan menentukan sama ada awak akan memahaminya atau tidak.
Terima kasih Allah kerana membuatkan diri yang hina ini memahami kalamMu dan ayat-ayat itu telah mengembalikan semula semangat yang malap. Dan ayat-ayat ini datang dalam keadaan saya yang kelelahan dan mengembalikan semula semangat saya yang sirna.
Kisah hari Sabtu ini adalah kisah mengenai syariat yang pernah diturunkan oleh Allah kepada golongan Yahudi satu masa dulu. Kejadian ini menimpa penduduk suatu desa, yang hidup di tepi pantai, di mana mata pencarian mereka adalah menangkap ikan di laut. Allah telah melarang mereka untuk menangkap ikan pada hari Sabtu, karena hari itu adalah hari khusus untuk beribadah.
Namun mereka melanggarnya. Allah menguji mereka. Caranya, di hari Sabtu itulah ikan-ikan bermunculan dengan jumlah yang sangat banyak, tapi di selain hari Sabtu yang terlarang itu, ikan-ikan seolah lenyap dari laut.
Karena itulah sebagian dari penduduk desa itu melakukan kecurangan. Yaitu mereka memasang perangkap pada hari Jumat petang menjelang masuknya hari Sabtu. Pada hari Sabtu mereka tetap beribadah. Dan pada hari minggu, perangkap-perangkap itu telah dipenuhi ikan. Cara yang mereka tempuh ini tetap dianggap sebuah pelanggaran juga.
Kalau awak tadabbur ayat ini, sebenarnya ada berapa golongan yang disebutkan dalam ayat ini? Masa kami bincang ada yang kata dua. Tadabburlah nanti baik-baik. Ada tiga golongan sebenarnya. Pertama, mereka yang melakukan kemaksiatan itu. Kedua, mereka yang demotivate semangat orang lain untuk berdakwah. “Korang ini buat apa susah-susah nak buat kerja dakwah ini? Tidak perlu susah-susahlah”. Yang ketiga, golongan yang terus menasihati dengan harapan agar terlepas dari azab siksa Allah. Hebat tak Quran? Hebat sangat. Realiti yang sama masih berlaku sehingga kini kan?
Ada berapa pula golongan dalam ayat ini? Kalau ikut saya, saya kata 3 lagi. Kiranya orang yang menasihati tadi diselamatkan. Tapi yang ditimpa azab itu ada dua, yang demotivate orang lain dan keduanya orang yang melakukan kemaksiatan itu. Tapi kata akak, ada dua golongan. Allah tidak sebut pun apa yang terjadi kat golongan yang demotivate orang lain itu. Macam insignificant dan hina sangatlah orang yang demotivate orang lain itu. Macam orang masuk rumah, tak pandang pun. Mestilah tidak significant kan? Teruk tak? Teruklah kiranya kalau kita ini termasuk dalam golongan yang demotivate orang lain. Macam orang munafik, dosa dia lebih teruk dari orang kafir, diletakkan dalam neraka yang lebih bawah dari orang kafir. Nauzubillah.
Ini adalah sunnatullah yang berlaku pada golongan Bani Israel. Kita tengok ayat seterusnya.
Ayat ini significant untuk kita yang bermalas-malasan nak buat kerja dakwah. Kadang kita macam confident sangat kan kita akan dimaafkan oleh Allah atas kerja-kerja kita yang sambil lewa? Sama je dengan golongan yang Allah sebutkan dalam kalamNya itu. Kita pun dikurniakan kitab AlQuran tapi tidak pegang sepenuhnya. Ambil separuh-separuh. Dan kita suka sangat terkejar-kejar dengan dunia ini kan? Kita lupa negeri akhirat kan? Perasan tak nada ayat itu? Ayat itu correlate keadaan manusia di zaman dulu itu dan zaman ini. Kisah itu adalah untuk kita. Dan Quran ini memang sangat relevan dengan kita. Dia merawat kita di saat kita kelelahan. Kalau rasa nak penat-penat, ingatlah ayat-ayat Allah itu. Adakah kita termasuk dalam golongan itu? Yang tahu semuanya, tapi masih bermalas-malasan dan nak kejar sangat dunia ini?
Mudah-mudahan kita menjadi orang yang berpegang teguh dengan prinsip-prinsip di dalam Kitabullah, dalam prinsip-prinsip dakwah kita juga. Moga Allah terus menjadikan kita manusia-manusia yang bergerak demi redhaNya.
Di saat kita bahagia, jangan lupa Allah. Saat kita berasa nikmat dengan tarbiah, berdoalah agar Allah menthabatkan kita di jalanNya. Percayalah, ingatan kita pada Allah di saat bahagia, insya Allah menjadi asbab untuk Allah mengurniakan kita kekuatan saat kita kelelahan.
Beberapa hari yang lalu, saya di’belasah’ dengan ayat-ayat Allah. Terima kasih kak! Benar kata-kata akak. Akak cuma menjadi alat perantaraan di antara Allah dan saya. Terima kasih kerana memahamkan saya kalamNya.
Jujurnya dalam kehidupan sebagai pelajar perubatan, apabila kita dapat menyelesaikan puzzle penyakit yang dihadapi oleh pesakit, ada kegembiraan yang menyelinap lubuk hati kita. Perasaan gembira mengetahui sesuatu itu ada. Tapi jujur, nikmat mengetahui dan memahami AlQuran adalah keasyikan yang terlalu luar biasa sekiranya nak dibandingkan dengan nikmat-nikmat itu. Saya rasakan terlalu mahal harga yang perlu dibayar untuk memahami beberapa baris AlQuran. Kalau awak ada mp3 bertimbun pun tentang tafsir, tetap Allah jualah yang akan menentukan sama ada awak akan memahaminya atau tidak.
Terima kasih Allah kerana membuatkan diri yang hina ini memahami kalamMu dan ayat-ayat itu telah mengembalikan semula semangat yang malap. Dan ayat-ayat ini datang dalam keadaan saya yang kelelahan dan mengembalikan semula semangat saya yang sirna.
Dan bertanyalah kepada mereka mengenai (penduduk) bandar yang letaknya di tepi laut, semasa mereka melanggar larangan pada hari Sabtu, ketika datang kepada mereka pada hari Sabtu itu ikan-ikan (yang menjadi cubaan kepada) mereka, yang kelihatan timbul di muka air; sedang pada hari-hari lain, ikan-ikan itu tidak pula datang kepada mereka. Demikianlah kami menguji mereka (dengan cubaan itu) kerana mereka sentiasa berlaku fasik. (7:163)
Kisah hari Sabtu ini adalah kisah mengenai syariat yang pernah diturunkan oleh Allah kepada golongan Yahudi satu masa dulu. Kejadian ini menimpa penduduk suatu desa, yang hidup di tepi pantai, di mana mata pencarian mereka adalah menangkap ikan di laut. Allah telah melarang mereka untuk menangkap ikan pada hari Sabtu, karena hari itu adalah hari khusus untuk beribadah.
Namun mereka melanggarnya. Allah menguji mereka. Caranya, di hari Sabtu itulah ikan-ikan bermunculan dengan jumlah yang sangat banyak, tapi di selain hari Sabtu yang terlarang itu, ikan-ikan seolah lenyap dari laut.
Karena itulah sebagian dari penduduk desa itu melakukan kecurangan. Yaitu mereka memasang perangkap pada hari Jumat petang menjelang masuknya hari Sabtu. Pada hari Sabtu mereka tetap beribadah. Dan pada hari minggu, perangkap-perangkap itu telah dipenuhi ikan. Cara yang mereka tempuh ini tetap dianggap sebuah pelanggaran juga.
Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazabkan mereka dengan azab yang amat berat?” Orang-orang (yang memberi nasihat) itu menjawab: “(Nasihat itu ialah) untuk melepaskan diri dari bersalah kepada Tuhan kamu, dan supaya mereka bertaqwa”. (7:164)
Kalau awak tadabbur ayat ini, sebenarnya ada berapa golongan yang disebutkan dalam ayat ini? Masa kami bincang ada yang kata dua. Tadabburlah nanti baik-baik. Ada tiga golongan sebenarnya. Pertama, mereka yang melakukan kemaksiatan itu. Kedua, mereka yang demotivate semangat orang lain untuk berdakwah. “Korang ini buat apa susah-susah nak buat kerja dakwah ini? Tidak perlu susah-susahlah”. Yang ketiga, golongan yang terus menasihati dengan harapan agar terlepas dari azab siksa Allah. Hebat tak Quran? Hebat sangat. Realiti yang sama masih berlaku sehingga kini kan?
Maka ketika mereka melupakan (tidak menghiraukan) apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang daripada perbuatan jahat itu, dan Kami timpakan orang-orang yang zalim dengan azab seksa yang amat berat, disebabkan mereka berlaku fasik (derhaka). Maka setelah mereka berlaku sombong takbur (tidak mengambil indah) kepada apa yang telah dilarang mereka melakukannya, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. (7: 165-166)
Ada berapa pula golongan dalam ayat ini? Kalau ikut saya, saya kata 3 lagi. Kiranya orang yang menasihati tadi diselamatkan. Tapi yang ditimpa azab itu ada dua, yang demotivate orang lain dan keduanya orang yang melakukan kemaksiatan itu. Tapi kata akak, ada dua golongan. Allah tidak sebut pun apa yang terjadi kat golongan yang demotivate orang lain itu. Macam insignificant dan hina sangatlah orang yang demotivate orang lain itu. Macam orang masuk rumah, tak pandang pun. Mestilah tidak significant kan? Teruk tak? Teruklah kiranya kalau kita ini termasuk dalam golongan yang demotivate orang lain. Macam orang munafik, dosa dia lebih teruk dari orang kafir, diletakkan dalam neraka yang lebih bawah dari orang kafir. Nauzubillah.
Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu memberitahu: Bahawa sesungguhnya Ia akan menghantarkan kepada kaum Yahudi itu, (terus menerus) hingga hari kiamat, kaum-kaum yang akan menimpakan mereka dengan azab sengsara yang seburuk-buruknya (disebabkan kejahatan dan kekufuran mereka). Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat azab seksaNya, dan sesungguhnya Dia juga Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Dan Kami pecah-pecahkan mereka (kaum Yahudi itu) berpuak-puak (yang bertaburan di merata-rata) dunia ini. Di antara mereka ada yang soleh dan di antaranya juga yang tidak demikian. Dan kami uji mereka dengan nikmat pemberian yang baik-baik dan bala bencana yang buruk, supaya mereka kembali (bertaubat). (7: 167-168)
Ini adalah sunnatullah yang berlaku pada golongan Bani Israel. Kita tengok ayat seterusnya.
Maka mereka kemudiannya digantikan oleh keturunan-keturunan yang jahat yang mewarisi Kitab. Mereka mengambil kebendaan yang hina di dunia ini sambil berkata: “Akan diampunkan kelak dosa kami” Padahal jika datang kepada mereka kebendaan yang hina seperti itu mereka akan mengambilnya lagi. Bukankah telah diambil perjanjian setia daripada mereka di dalam kitab bahawa mereka tidak memperkatakan terhadap Allah melainkan yang benar? Dan mereka pula telah mempelajari apa yang terkandung di dalamnya? Dan juga (mereka mengetahui bahawa) negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Tidakkah kamu mahu mengerti? (7: 169)
Ayat ini significant untuk kita yang bermalas-malasan nak buat kerja dakwah. Kadang kita macam confident sangat kan kita akan dimaafkan oleh Allah atas kerja-kerja kita yang sambil lewa? Sama je dengan golongan yang Allah sebutkan dalam kalamNya itu. Kita pun dikurniakan kitab AlQuran tapi tidak pegang sepenuhnya. Ambil separuh-separuh. Dan kita suka sangat terkejar-kejar dengan dunia ini kan? Kita lupa negeri akhirat kan? Perasan tak nada ayat itu? Ayat itu correlate keadaan manusia di zaman dulu itu dan zaman ini. Kisah itu adalah untuk kita. Dan Quran ini memang sangat relevan dengan kita. Dia merawat kita di saat kita kelelahan. Kalau rasa nak penat-penat, ingatlah ayat-ayat Allah itu. Adakah kita termasuk dalam golongan itu? Yang tahu semuanya, tapi masih bermalas-malasan dan nak kejar sangat dunia ini?
Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Kitab Allah serta mendirikan sembahyang, sesungguhnya Kami tidak akan menghilangkan pahala orang-orang yang berusaha memperbaiki (keadaan hidupnya). (7: 170)
Mudah-mudahan kita menjadi orang yang berpegang teguh dengan prinsip-prinsip di dalam Kitabullah, dalam prinsip-prinsip dakwah kita juga. Moga Allah terus menjadikan kita manusia-manusia yang bergerak demi redhaNya.
No comments:
Post a Comment