Thursday, October 26, 2006

Jemaah...

Jemaah, tanpanya saya tak mampu berdiri sendiri. Bergerak berseorangan mengajar saya nikmat berada dalam jemaah suatu ketika dahulu. Merasai kehidupan berjemaah barangkali suatu yang tidak mungkin saya lupakan sepanjang hayat saya. Begitu banyak yang saya pelajari dalam jemaah. Saya kuat bila bersama jemaah, sesuatu yang tidak mungkin saya perolehi bila saya berseorangan. Segalanya berubah bila saya berada di tempat baru, di sebuah tempat di mana segalanya berubah.

Di tempat baru, saya dilarang oleh kawan-kawan untuk berbicara tentang Islam. Saya diberi amaran seawal presentation. Saya dihentam dari setiap sudut. Situasi yang sama pernah berlaku dahulu. Sama tapi ada bezanya. Bezanya adalah saya bersama jemaah sutu ketika dahulu. Menangis dan ketawa bersama. Di sini tiada semua itu. Saya perlu belajar untuk ketawa dan menangis berseorangan di sini.

Di sini, saya belum menemukan hatta seorang sahabat yang akan bertanya, “Bagaimana imanmu hari ini, Afeera?”. Soalan yang membuat saya berfikir panjang mengenai segala perbuatan saya. Soalan yang menggetarkan hati saya. Di sini tiada sahabat yang boleh saya ajak untuk berzikir bersama, menggenggam tangannya bersama dan mengalunkan zikir munajat. Tiada semuanya.

Hati saya kian keras untuk menangis.Hati saya tidak lagi sensitif melihat kemungkaran yang berlaku. Hati saya ingin kembali kepada kesesatan lama. Saya merindui qiamullail yang pernah kami lakukan hujung minggu. Saat di mana, ada yang mengingatkan saya akan setiap kesilapan saya. Kalau dulu, saya kurang menghargai mesej tazkirah yang diiberikan oleh sahabat saya, hari ini sms ringkas itu begitu berharga. Sms ringkas itu mampu menitiskan air mata saya. Ketahuilah sahabatku, bahawa sahabatmu ini masih menanti segala ucapan yang akan membangkitkan semangat jihad darimu. Sahabatmu ini kian merindui segalanya.

Ucapan maaf sahaja yang mampu saya lafazkan kepada naqib dan naqibah saya andai kalian merasakan anakmu ini kian jauh dari dakwah. Anakmu ini teringin sekali untuk berjuang bersama, namun kesibukan masa membataskan segalanya. Buat adik-adik yang masih menanti kedatangan kakakmu ini, maafkan diri ini setulus hatimu. Tidak ingin sesekali diri ini ingin mengabaikan kalian. Segalanya masih terlipat kemas dalam lipatan hati nurani. Kadangkala diri ini malu melihat kalian. Dahulunya diri ini juga memiliki semangat yang berkobar-kobar seperti yang kalian miliki sekarang.

Segalanya menambahkan lagi kesesakan dalam setiap ruang hati ini. Hati ini ingin sekali bertemu dengan kalian, bersama mengingatkan segala kata ikrar yang pernah kita lafazkan suatu ketika dahulu. Percayalah kata-kata ini, tiada seorang manusia pun yang akan kuat tanpa jemaah. Diri ini sudah merasai segalanya.

Buat semua sahabat, Ramadhan telah melabuh tirainya, hati sayu akan pemergiannya, ku terima ia sebagai lumrah kehidupan, andai Ramadhan ini terakhir buatku, kumohon kemaafan pada kalian sepanjang perjalanan ukhwah ini, doaku agar kalian terus ceria dan bahagia melalui Syawal. Semoga ukhwah kita berkekalan selamanya, ukhwah yang mana kemanisannya tidak dapat diungkatkan dengan kata-kata.

Thursday, October 12, 2006

Kesibukan...

Kadangkala kesibukan benar-benar menguji kita. Istilah sibuk tidak dapat lari dari dirisaya sebagai seorang pelajar perubatan. Masa untuk Allah juga gagal diperuntukkan dengan baik. Semestinya kita memahami makna ibadat khusus dan ibadat umum dan sewajarnya sebagai muslim, 24 jam sehari perlu dijadikan ibadah.

Namun marsum maya dari seorang teman menyentak hati saya. “Siapa yang tilawah satu juz per hari dan mentadabburi artinya? Ianya hanya pejuang-pejuang yang benar-benar berniat bersungguh-sungguh untuk berjuang menegakkan kalimat Allah”. Ya, kadangkala Ramadhan yang saya lalui kini seakan tidak bermakna apabila tidak sempat membaca Alquran satu juzuk atau barangkali dua juzuk sehari. Kesibukan memang benar-benar membataskan segalanya. Namun saya kira kata-kata sahabat saya itu ada benarnya. Malunya untuk mengatakan diri ini pejuang, andai tidak mampu berjuang untuk membaca Alquran sebanyak satu juzuk sehari.

Emailnya yang lain juga buat saya semakin tersentak. Kata-katanya yang terakhir menusuk hati dan perasaan. “Sesungguhnya Allah telah menuntunmu kejalan-Nya. Buktinya kertas nasihat ini telah kau baca”. Saya kira ada baiknya saya berkongsi marsum maya itu di sini.

Saudariku, bukankah kamu mempunyai kebutuhan kepada Allah? Baik berhubungan dengan urusan dunia maupun akhirat. Atau kamu merasa tidak memerlukan Allah? Apakah kamu sudah dapat memecahkan seluruh masalahmu? Apakah kamu sudah bebas dari kesusahan atau kesedihan? Tidakkah kamu mengadukan betapa kerasnya hatimu? Apakah kamu tidak sedih meninggalkan Al-Qur’an? Apakah kamu tidak merasa hina di sisi Allah? Kamu tenggelam dalam nikmat dan karunia-Nya tapi mengapa kamu terlambat atau malah memutuskan hubungan dengan Allah? Allah mencintaimu tapi mengapa kamu tidak mencintai-Nya? Allah memberikan kesempatan untuk meraih surga-Nya dan memberimu kekuatan untuk menaati-Nya tapi mengapa kamu malah mengabaikan-Nya?

Allah menjadikan malaikat sujud kepada bapakmu, Adam. Bahkan Allah mengusir iblis dari langit-Nya karena iblis tidak mau bersujud kepada Adam. Dan bukankah kamu masih termasuk bagian keturunan Adam? Ketahuilah Allah menyuruhmu untuk mengingat-Nya, bukan karena Allah ingin mendapat manfaat. Namun Allah ingin mengingatkanmu akan kemuliaan-Nya dan dzikir menjadi obat kegelisahan hatimu.

Allah memberi cobaan kepadamu agar kamu mengetahui nilai dunia dan hakikatnya sehingga kamu memandang akhirat, negeri abadi, ini semua karena Allah mencintaimu……….. Sesungguhnya “atas nama cinta Allah” dunia ini diciptakan untukmu.

Berapa kali kamu memohon kepada Allah dalam kesusahan yang menimpamu. Ketika kesusahan itu lepas darimu, kamu melupakan Allah. Ketika kamu naik pesawat terbang lalu kamu berdo’a kepada Allah, dan Allah pun menjagamu. Namun ketika sampai di bandara, kamu melupakan Allah. Kamu melupakan Allah setelah sukses esok hari dan jika gagal, kamu memohon kepada-Nya. Betapa kufurnya dirimu terhadap apa yang telah Allah berikan kepadamu.

Wahai saudariku, seandainya dosa-dosamu mencapai langit lalu kamu memohon ampun kepada Allah maka Allah mengapunimu dan tak peduli betapa banyak dosamu (hadits Qudsi). Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba-hamba-Nya yang bertobat.

Janganlah kamu berputus asa dari kasih sayang Allah. Mohonlah Hidayah kepada-Nya dan bersabarlah. Ketahuilah bahwa hidayah itu berawal dari tawakal dan menuntut ilmu.

Jika Allah tidak mencintaimu, maka Allah tak akan melapangkan hatimu untuk masuk ke dalam agama islam. Alam semesta dan jagad raya ini menunjukkan kepadamu kekuasaan Allah. Bagaimana mungkin, orang yang melihat tanda-tanda keagungan Allah tapi tidak mau menyembah Allah. Setiap manusia yang berinteraksi denganmu ingin mendapat untung darimu. Sedangkan Allah menghidupkanmu agar kamu mendapatkan keuntungan /kebaikan dari-Nya. Jika kamu melakukan kesalahan maka itu hanya dihitung sebagai 1 kesalahan saya dan itu pun sangat cepat diampuni-Nya dengan taubat sungguh-sungguh.

“Jika hamba-Ku melakukan 1 kebaikan, Aku menulis 10 sampai 700 kali pahalanya sedangkan jika hambaKu melakukan 1 kejahatan maka Aku hanya menulis 1 dosa saja.”

“Allah swt. menciptakan 100 rahmat saat menciptakan langit dan bumi. Allah menjadikan di bumi 1 rahmat, yang dengannya seorang ibu bisa berkasih sayang dengan anaknya, begitu pula dengan binatang liar. Dan 99 rahmat lagi disempurnakan seluruhnya pada hari kiamat.”

Berdo’alah kepada Allah dan menangislah kepada-Nya sebelum pintu taubat dan hidayah tertutup ( sebelum kamu meninggal).

Segala puji bagi Allah. Simpanlah ilmu ini dalam hatimu, sesungguhnya Allah telah menuntunmu kejalan-Nya. Buktinya kertas nasihat ini telah kau baca.

Wednesday, October 04, 2006

Bercita-citalah..

Dalam melayari bahtera kehidupan, bercita-citalah. Bercita-citalah dengan cita-cita yang tertinggi. Kegagalan atau keberhasilan pada satu fasa dakwah seringkali melumpuhkan semangat kita untuk terus berjuang. Kegagalan atau keberhasilan bukanlah isyarat untuk berhenti berjuang dan seharusnya kita terus berjuang.

Mujahidin Palestin mengajar kita bagaimana seharusnya kita berjuang. Pengusiran, penangkapan, dan pembantaian tidak pernah mematahkan semangat mereka untuk terus berjuang. Tanpa kelengakapan senjata, mereka terus berjuang. Perjuangan mereka hanya dengan batu melawan kekebalan ketenteraan Israel. Namun kepercayaan mereka bahawa Islam pasti tertegak sewajarnya menjadi contoh buat kita. Hanya dua sahaja matlamat hidup kita. Sama ada memperolehi kemenangan atau mati syahid.

Rasulullah sendiri merupakan contoh yang paling baik buat kita dalam membicarakan tentang cita-cita, visi dan misi. Rasulullah pernah berjanji kepada Suraqah yang mengejarnya dalam peristiwa hijrah bahawa dia akan dianugerahi dengan gelang kebesaran Kisra. Betapa Rasulullah percaya bahawa Islam pasti akan tertegak di Kisra. Dan sebagai umatnya, sewajarnya kita bercita-cita. Islam pasti akan tertegak dengan gemilangnya di muka bumi ini. Takbir. Allahu Akbar!!!