Pemikiran..Aduh!
-----------------------------------
Amat heran saya mendengar kata-kata yang dipakai sebagai alasan untuk
menunda pernikahan. “Akhi..”, dengan penuh lembut seorang ikhwan pernah
berkata, “Saya kira antum berbicara tentang pernikahan bukan dengan
orang yang tepat. Saya ingin menikah, InsyaAllah nanti setelah
mengoptimalkan produktivitas dakwah saya. Ada banyak hal yang belum saya
lakukan. Kontribusi dakwah saya masih terlalu kecil.
Saya masih jauh dari kualifikasi pemuda yang digambarkan sebagai
jundi da’wah. Apa kita nggak malu, bahwa yang kita bicarakan pernikahan,
pernikahan dan pernikahan? Lihatlah pemuda-pemuda seperti Usamah ibn
Zaid yang menjadi panglima besar di usia 18 tahun. Lihatlah Mush’ab ibn
‘Umair yang di usia duapuluhan menjadi duta untuk membuka da’wah di
Madinah. Lihatlah Ali ibn Abi Thallib..”
Allaahu Akbar! Secara pribadi, saya terkagum pada ghirah da’wah
beliau yang setegar gunung dan sekukuh karang. Semoga Allah
menguatkannya selalu. Hanya saja, saya menganggap bahwa cara berfikir
beliau ini berbahaya. Mungkin saya subjektif. Tetapi tersirat dalam
kalimat beliau, seolah ada pertentangan antara produktivitas da’wah
dengan pernikahan. Sepertinya, kalau sudah menikah maka kita tidak bisa
meneladani Usamah, Mush’ab dan ‘Ali. Sepertinya sesudah menikah, tidak
memungkinkan menjadi aktivis dengan kemuliaan sebagaimana ketika kita
belum menikah. Seolah-olah, puncak prestasi dakwah selalu kita raih
sebelum kita menikah.
No comments:
Post a Comment