Saya rasakan rindu yang amat pada ex-naqibah. Serasanya mahu berlari untuk bertemunya. Hampir lima tahun dia membina saya. Bertahan dengan karenah saya sebagai mutarabbi. Saat-saat diuji dengan mutarabbi, saya rasakan rindu untuk mendengar nasihatnya. Teringin untuk bertanya, bagaimana dia telah mendidik saya? Satu perkara yang begitu saya kagumi tentangnya adalah berkenaan dengan kerahsiaan. Dia benar-benar menjaga rahsia mutarabbinya. Saya rasakan betapa securenya saya ketika itu. Saat peningkatan mutarabbi, dia akan beristikharah. Benar, segalanya adalah berkenaan dengan hubungan kita dengan Allah.
Membawa dakwah di sekolah, saya rasakan bahagia yang amat. Ya, membina dari mula. Bukan membawa hasil usaha manusia lain. Pernah saya menitiskan air mata saat adik-adik tersebut menyudahi hafalan mereka dan mereka bertanya," Akak sedih sebab kami tak hafal banyak lagi ye?" Allah.. Komitmen mereka sangat besar terhadap usrah. Baru di tingkatan 3 dan 4, tetapi mengubat segala kesakitan saya dalam kehidupan saya sendiri. Jujur mereka adalah kurrata a'yun bagi saya. Sepertinya seakan perasaan Asiah saat menatap bayi yang bernama Musa, hilanglah segala kesakitannya.
Ya, mana mungkin membina manusia tanpa tiada sebarang permasalahan. Di situlah ujian Allah saat membawa adik-adik IPT. Merasai bagaimana terlibat secara tidak langsung dalam urusan baitul muslim mereka, mendengar luahan hati mereka yang benar-benar mengejutkan saya. Mendengar permasalahan adik-adik yang keluar dari RI. Allah..di situ saya diuji … Saya rasakan saya benar-benar tidak layak menjadi murabbi buat mereka… Kata ustaz, iman yang menyala akan menghidupkan pokok-pokok dakwah , mampu mengalirkan iman itu sehingga lahir berjalur-jalur pokok dakwah. Sepertinya Assyahid Imam Hassan Al Banna. Berjuta-juta manusia merasai getaran imannya hatta sehingga hari ini.
Menatap peta dakwah, serasanya air mata terus mengalir… Aku yang masih belum kuat… Segalanya yang dilakukan oleh mutarabbiku kini seakan menjadi refleksi terhadap diriku sendiri… Dan benarlah hidup ini benar-benar mujahadah…
Kata makcik, kalau kata tak layak hatta di mana-mana zaman dan peringkat, kita merasai betapa tidak layaknya kita…
Dan saya merindui ex-naqibah saya yang akan mengingatkan saya untuk mengembalikan segala permasalahan saya pada Allah…
Membawa dakwah di sekolah, saya rasakan bahagia yang amat. Ya, membina dari mula. Bukan membawa hasil usaha manusia lain. Pernah saya menitiskan air mata saat adik-adik tersebut menyudahi hafalan mereka dan mereka bertanya," Akak sedih sebab kami tak hafal banyak lagi ye?" Allah.. Komitmen mereka sangat besar terhadap usrah. Baru di tingkatan 3 dan 4, tetapi mengubat segala kesakitan saya dalam kehidupan saya sendiri. Jujur mereka adalah kurrata a'yun bagi saya. Sepertinya seakan perasaan Asiah saat menatap bayi yang bernama Musa, hilanglah segala kesakitannya.
Ya, mana mungkin membina manusia tanpa tiada sebarang permasalahan. Di situlah ujian Allah saat membawa adik-adik IPT. Merasai bagaimana terlibat secara tidak langsung dalam urusan baitul muslim mereka, mendengar luahan hati mereka yang benar-benar mengejutkan saya. Mendengar permasalahan adik-adik yang keluar dari RI. Allah..di situ saya diuji … Saya rasakan saya benar-benar tidak layak menjadi murabbi buat mereka… Kata ustaz, iman yang menyala akan menghidupkan pokok-pokok dakwah , mampu mengalirkan iman itu sehingga lahir berjalur-jalur pokok dakwah. Sepertinya Assyahid Imam Hassan Al Banna. Berjuta-juta manusia merasai getaran imannya hatta sehingga hari ini.
Menatap peta dakwah, serasanya air mata terus mengalir… Aku yang masih belum kuat… Segalanya yang dilakukan oleh mutarabbiku kini seakan menjadi refleksi terhadap diriku sendiri… Dan benarlah hidup ini benar-benar mujahadah…
Kata makcik, kalau kata tak layak hatta di mana-mana zaman dan peringkat, kita merasai betapa tidak layaknya kita…
Dan saya merindui ex-naqibah saya yang akan mengingatkan saya untuk mengembalikan segala permasalahan saya pada Allah…
No comments:
Post a Comment