Adakalanya diri terasa begitu penat. Langkah terasa kian perlahan. Jejak semakin tidak meninggalkan kesan. Terasa lemah tidak berdaya meneruskan pendakian. Namun membaca sirah Rasulullah SAW, seorang manusia agung yang terlalu agung membuatkan sisa-sisa kekuatan yang masih berbaki berbunga kembali.
Membaca sirah dengan kaca mata hati membuatkan butir-butir jernih memenuhi tubir mata. Terasa baginda begitu dekat dalam segala masalah yang kian menggunung. Dia terus hidup di saat lembaran sirah itu dihayati. Doa baginda saat di Thaif menyuntik semangat.
Di saat baginda dilempari batu sehingga berdarah, baginda meneruskan perjalanan sehingga tiba di sebuah tempat dan baginda berdoa dengan doanya yang mahsyur:
Ya Allah! Aku mengadu kepadamu akan kelemahan kekuatanku, sedikitnya usahaku, dan segala kelemahanku di hadapan manusia.
Sebagai seorang manusia yang benar-benar lemah, saya terasa betapa mendalamnya maksud doa ini. Doa yang menghimpunkan segala pengaduan akan kekerdilan seorang hamba terhadap RabbNya.
Engkau adalah Rabb semesta alam. Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah.
Terbayang kekuasaan Allah yang mencipta langit, planet hatta makhluk-makhluk yang begitu halus sehingga tidak mampu dilihat dengan mata kasar di saat membaca rangkap doa ini. Pastinya Allah mengetahui mengenai diri ini dengan sedalamnya. Dan Allah adalah Rabb manusia-manusia seperti saya yang begitu lemah mengharungi rencam ombak dunia ini.
Kepada siapa aku mengadu selain dariMu, kepada yang jauh yang memusuhiku atau kepada yang dekat yang Engkau berikan kepadanya kekuasaan terhadapku, jika Engkau tidak marah maka aku tidak peduli.
Rasulullah SAW memikirkan mengenai kemurkaan Allah sepanjang masa. Dia tidak kisah di saat manusia lain membuangnya selagi mana Allah bersamanya. Kebimbangan baginda hanyalah mengenai kemurkaan Allah. Diri yang penuh dosa dan noda ini masih mengharapkan keberadaanNya dalam setiap liku perjalanan ini. Ya Allah, jangan Engkau biarkan nasib kami ditentukan oleh diri kami sendiri walaupun sekadar sekelip mata atau sekadar masa yang lebih pendek dari itu.
Aku berlindung dengan cahayaMu yang menyinari kegelapan dan memperbaiki perkara dunia dan akhirat yang turunya murkaMu atau datangnya kemarahanMu terhadapku. BagiMu pengaduan hingga Engkau redha. Tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu.
Setiap pengaduan dan segala masalah hati hanyalah milikNya. Sememangnya saya tidak akan mampu meneruskan pendakian ini tanpaNya di sisi.
Membaca sirah dengan kaca mata hati membuatkan butir-butir jernih memenuhi tubir mata. Terasa baginda begitu dekat dalam segala masalah yang kian menggunung. Dia terus hidup di saat lembaran sirah itu dihayati. Doa baginda saat di Thaif menyuntik semangat.
Di saat baginda dilempari batu sehingga berdarah, baginda meneruskan perjalanan sehingga tiba di sebuah tempat dan baginda berdoa dengan doanya yang mahsyur:
Ya Allah! Aku mengadu kepadamu akan kelemahan kekuatanku, sedikitnya usahaku, dan segala kelemahanku di hadapan manusia.
Sebagai seorang manusia yang benar-benar lemah, saya terasa betapa mendalamnya maksud doa ini. Doa yang menghimpunkan segala pengaduan akan kekerdilan seorang hamba terhadap RabbNya.
Engkau adalah Rabb semesta alam. Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah.
Terbayang kekuasaan Allah yang mencipta langit, planet hatta makhluk-makhluk yang begitu halus sehingga tidak mampu dilihat dengan mata kasar di saat membaca rangkap doa ini. Pastinya Allah mengetahui mengenai diri ini dengan sedalamnya. Dan Allah adalah Rabb manusia-manusia seperti saya yang begitu lemah mengharungi rencam ombak dunia ini.
Kepada siapa aku mengadu selain dariMu, kepada yang jauh yang memusuhiku atau kepada yang dekat yang Engkau berikan kepadanya kekuasaan terhadapku, jika Engkau tidak marah maka aku tidak peduli.
Rasulullah SAW memikirkan mengenai kemurkaan Allah sepanjang masa. Dia tidak kisah di saat manusia lain membuangnya selagi mana Allah bersamanya. Kebimbangan baginda hanyalah mengenai kemurkaan Allah. Diri yang penuh dosa dan noda ini masih mengharapkan keberadaanNya dalam setiap liku perjalanan ini. Ya Allah, jangan Engkau biarkan nasib kami ditentukan oleh diri kami sendiri walaupun sekadar sekelip mata atau sekadar masa yang lebih pendek dari itu.
Aku berlindung dengan cahayaMu yang menyinari kegelapan dan memperbaiki perkara dunia dan akhirat yang turunya murkaMu atau datangnya kemarahanMu terhadapku. BagiMu pengaduan hingga Engkau redha. Tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu.
Setiap pengaduan dan segala masalah hati hanyalah milikNya. Sememangnya saya tidak akan mampu meneruskan pendakian ini tanpaNya di sisi.
No comments:
Post a Comment