“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155)
Tak pernah faham ujian ketakutan sehingga apa yang berlaku minggu ini. Jujurnya setiap yang berlaku dalam pengawasan Allah. Saya pujuk diri bahawa Allah tahu setiap yang berlaku. Dan Allah ajar hikmah yang sangat besar dengan cara yang paling pahit. Terlalu pahit untuk dibicarakan.
Ayat-ayat dari hadis ke 19 di dalam sususan hadis 40 itu diingatinya. “Rufi’atil aqlam wa jaffatissuhuf”. Pena-pena telah diangkat dan dakwat menjadi kering. Semua dalam takdir hidup.
Mengimbas perang Uhud. Allah tak berbicara dengan nasihat semata-mata, tapi diajar dengan darah dan nyawa. Perit, terlalu perit.
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" (3:165)
Para sahabat yang paling hebat ditarbiah juga bertanyakan asbab di sebalik yang terjadi. Mengapa mereka diuji?
Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3:165)
Apa yang terjadi membuatkan kita memuhasabah setiap inci ruang kehidupan.
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan , maka kekalahan itu adalah dengan izin (takdir) Allah,(3:166)
Tersentak saat membaca ayat tersebut. Meskipun segala yang terjadi adalah kerana kesilapan kita sebagai manusia tapi Allah tegaskan padanya bahawa semua yang terjadi tetap berlaku dengan izin (takdir) Allah. Mengenang Uhud, bukankah Allah berkuasa memenangkan para sahabat meskipun mereka melakukan kesalahan dan tidak mematuhi arahan Rasulullah SAW? Tapi mengapa Allah masih menguji mereka dengan kekalahan? Mengapa Allah masih memberi mereka ujian? Dia bermuhasabah.
..agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman, dan untuk menguji orang-orang yang munafik..(Ali-Imran:165-167)
Semua ini adalah ujian. Adakah kita mampu bersabar dengan ujian ini? Sejauh mana kita memahami perjalanan takdir yang ditentukan oleh Allah SWT?
Sentuhan Allah begitu hebat. Adakalanya membuatkan dirinya tersentak dan adakalanya merawat dirinya yang bersedih. Dia seakan-akan terasa pujukan Allah.
Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(3:139)
Air matanya terus-terusan menitis. Hebatnya Allah memujuknya.
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (3:140)
Andai peristiwa itu tidak terjadi, mungkin dia tidak akan melakukan refleksi ke atas niatnya. Mungkin dia akan terus-terusan mengumpulkan dosa yang bertimbun. Dia mengimbau kembali peperangan Uhud. Di saat segala yang terjadi seakan-akan kerugian buat para tentera Islam, tetapi Al Quran memberi sentuhan yang berbeza. Di sebalik ujian, ada yang lebih hebat yang Allah sediakan. Kekalahan yang dilihat dari kaca mata manusia tidak dilihat sebagai kekalahan. Mereka gugur syahid. Apakah ada pengiktirafan yang lebih besar berbanding syahid di jalan Allah? Itulah ganjaran yang Allah berikan di sebalik ujian.
..dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.(3:141-142)
Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada sesiapa pun, sedang Rasul yang ada diantara kamu yang lain memanggil kamu (dari kelompok yang lari), kerana itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lain telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.(3:153-154)