Sunday, September 09, 2007

Keutamaan Rasulullah Bahagian 1

Sahabat maya yang dikasihi sekalian, maafkan saya andai marsum maya yang dinanti tidak kunjung tiba. Kekangan masa kadangkala membataskan ruang untuk menulis. Idea pula kadangkala kering. Namun sering terselit di hati tanggungjawab untuk menulis, berkongsi sesuatu dengan kalian.

Terdapat dua hadis yang sering menyapa gegendang telinga kita yang sewajarnya menjadi renungan kita bersama. Hadist dari Abu Hurairah yang telah disepakati al-Bukhary dan Muslim, Rasulullaah Shalallaahu 'alaihy wasallam bersabda:

"Ada 7 golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya. Pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,yaitu:

  • Pemimpin yang adil
  • Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya
  • Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid
  • Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah
  • Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, "Aku takut kepada Allah"
  • Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
  • Seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya."
Dalam riwayat Muslim yang lain, hadist dari Abu Hurairah, Rasulullaah Shalallaahu 'alaihy wasallam bersabda:

Sesungguhnya kelak di hari kiamat, Allah akan berfirman, "Dimana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam naungan-Ku di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku" "Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai . Apakah tidak perlu aku tunjukkan pada satu perkara, jika kalian melakukannya, maka niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian".

Masya Allah, hadis-hadis ini akan menggoncang hati setiap Muslim yang mengaku beriman kepada Allah. Di saat matahari hanya sejengkal dari kepala, di saat jutaan manusia bermandi peluh sendiri, terdapat golongan yang mendapat naungan Allah. Tidak dapat kita nak gambarkan suasana kelam kabut tersebut dan alangkah beruntungnya seandainya diri terpilih untuk berada di bawah naungan Allah. Moga pertemuan kita melalui warkah-warkah maya ini akan membuahkan rasa ukhwah di mana pertemuan dan perpisahan itu hanya kerana Allah. Moga kita menjadi golongan yang dipilih Allah untuk berada di bawah naungannya.

Sahabat-sahabat sekalian,

Kita berada di bulan-bulan pilihan saat ini. Ramadhan akan menyusul dalam masa beberapa hari sahaja lagi. Dalam kesempatan yang ada ini, ingin sekali rasanya berkongsi pengisian yang saya perolehi dari Ustaz Alwi AlAttas mengenai keutamaan Rasulullah agar menjadi motivasi buat kita untuk melalui Ramadhan ini dengan lebih bermakna.

Barangkali catatan saya ini ada cacat celanya dan saya yakin bahawa saya tidak akan sesekali mampu untuk menggambarkan peribadi agung ini. Saya mohon jasa baik sahabat-sahabat sekalian untuk membetulkan sebarang kesilapan yang ada dalam catatan yang tidak seberapa ini.

Kita imbas kembali salah satu episod sirah nabawiyah iaitu kisah Fathu Mekah (pembukaan kota Mekah). Catatan sirah ini terjadi di dalam bulan Ramadhan setelah kaum Musyrikin Mekah mengkhianati perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah mengumpul pengikutnya secara rahsia untuk menyerang Mekah. Namun tiada seorang sahabat pun yang mengetahui tujuan Rasulullah berbuat demikian hatta isterinya, Saidatina Aisyah juga tidak mengetahui tujuan Rasulullah. Rasulullah benar-benar menjaga kerahsiaan (sirr).

Rasulullah berjaya mengumpul 10 000 orang. Barangkali kita rasakan jumlah itu kecil, tapi di zaman itu, 10000 orang merupakan satu jumlah yang besar dan luar biasa. Maka berangkatlah 10000 ini dari Madinah menuju Mekah. Penduduk Mekah tidak mengetahui keberangkatan ini dan hanya dapat menghidu kehadiran 10 000 orang setelah jarak yang memisahkan Mekah dan pengikut Rasulullah kira-kira 2 km. Di sana tentera Islam berkumpul dan menyalakan obor. Penduduk Mekah keheranan dan akhirnya memaksa Abu Sufian yang memipin kota Mekah saat itu untuk bertemu dengan Rasulullah.

Di saat Rasulullah bertemu dengan Abu Sufian, Rasulullah menegaskan, “Barangsiapa yang tinggal di dalam masjid, di akan aman. Barangsiapa yang tinggal di rumah Abu Sufian dia akan aman, dan barangsiapa yang tinggal di dalam rumah masing-masing, dia juga akan aman”.

Kemudian Rasulullah mengarahkan Abbas membawa pulang Abu Sufian, tapi Rasulullah meminta Abbas membawa Abu Sufian ke kawasan yang tinggi sebelum menuju Mekah. Apa tujuan Rasulullah berbuat demikian? Rasulullah tidak ingin Abu Sufian berpaling atau mengubah fikirannya untuk berperang. Di kawasan yang tinggi, Abu Sufian berasa heran melihat terlalu ramai kabilah dan Abbas menjelaskan bahawa kesemua kabilah itu adalah pengikut Rasulullah.

Apa yang membuatkan Abu Sufian keheranan? Kerana Rasulullah hanyalah seorang anak yatim, tiada harta, hanya merupakan seorang pengembala kambing, tiada pengaruh, bukan orator (penceramah), bukan penyair, dan tiada anak lelaki dewasa yang bersamanya. Apa yang ada pada Rasulullah? Hanya kejujuran dan akhlak yang mulia yang bukan hanya diakui oleh mereka yang Muslim tetapi juga mereka yang tidak beriman kepada Allah. Maka Abbas menjelaskan itulah tanda-tanda kenabian.

Nama Rasulullah tetap harum hingga di abad ini. Ramai orang yang terkenal yang membawa perubahan dalam peradaban manusia namun Rasulullah tetap merupakan manusia nombor satu yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia di dalam buku karangan Michael H. Hart bertajuk ’The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History. Michael H. Hart, penulis terkenal itu telah menulis dalam bukunya mengenai 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah sejarah peradaban dunia. Sejarah ringkas setiap seorang tokoh dan sebab-sebab mengapa mereka menduduki tempat-tempat sedemikian juga di jelaskan. Buku itu yang terjual dengan laris nya dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Antara tokoh yang tersenarai dalam senaraikan dalam daftar tersebut: 1.Nabi Muhammad, 2.Isaac Newton, 3. Nabi Isa, 4. Buddha,5. Confucius,6.St. Paul....dan seterusnya yang boleh didapati di web, http://www.adherents.com/adh_influ.html.

Banyak kalangan, terutama dari kalangan nonmuslim, memperdebatkan dan mempersoalkan mengapa Rasulullah ditempatkannya pada urutan pertama, sedangkan Nabi Isa terdapat di urutan ketiga. Namun, tidak sedikit pula kalangan yang menganggap tulisan Hart itu sangat objektif dan berdasarkan fakta-fakta sejarah yang boleh dipertanggungjawabkan.

Michael Hart mengungkapkan bahwa pemilihan nama dan urutan tersebut berdasarkan fakta sejarah bahwa mereka adalah orang-orang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia. Lantas, mengapa Rasulullah terpilih menempati urutan pertama sedangkan Nabi Isa urutan ketiga? Michael Hart menjelaskan bahwa ia melihat Rasulullah memiliki pengaruh peribadi lebih besar dalam pembinaan Agama Islam jika dibandingkan dengan Nabi Isa dalam pembinaan Agama Kristian. Rasulullah adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih berbagai kejayaan luar biasa jika diukur dari ukuran agama maupun urusan dunia. Walaupun Rasulullah berasal dari keluarga yang sederhana, namun mampu menyebarkan ajaran agama Islam secara gemilang. Dalam pada itu Rasulullah tampil sebagai seorang pemimpin yang dipercayai, tulin dan efektif. Kini setelah berbelas abad berlalu, ternyata pengaruh itu tetap kuat dan mengakar secara mendalam dalam jiwa umat.

Sebenarnya, menurut statistik terkini, jumlah penganut agama Kristian, lebih besar daripada agama Islam. Namun Michael Hart menjelaskan alasan dan argumennya. Menurutnya Rasulullah memainkan peranan jauh lebih penting dalam mengembangkan Agama Islam daripada peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Walaupun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Agama Nasrani, tetapi pemegang peranan penting nya adalah St. Paul. Beliau adalah tokoh utama penyebar teologi Kristian kepada masyarakatnya. Lain halnya dengan Rasulullah, bukan saja bertanggung jawab terhadap asas akidah dan teologi Islam tetapi merangkumi pokok-pokok etika, akhlak dan moralnya. Rasulullah malah memerintahkan untuk menghafaz dan mencatit ayat-ayat Al Quran dengan penuh kesungguhan semasa Rasulullah masih hidup. Kemudian tulisan-tulisan itu dihimpun dalam satu kitab yang sangat mantap setelah Rasulullah wafat.

Rasulullah bukan sekadar pemimpin agama tetapi juga pemimpin bertaraf dunia. Rasulullah adalah seorang pemimpin yang lahir di tanah Arab yang gersang dan tidak pernah dihirau orang di zaman itu. Akhirnya Rasulullah mampu menakluki berbagai daerah dan menguasai empayar untuk menyelamatkan bangsa-bangsa lain yang tertindas ketika itu. Perkara ajaib ini belum pernah terjadi di Semenanjung Arab sebelum Rasulullah lahir. Apabila Rasulullah wafat, sejarah mencatat bahwa apa yang telah Rasulullah capai adalah satu prestasi yang mengkagumkan. Pencapaian dan pengaruh hebat Rasulullah telah mengubah corak peradaban dunia yang tidak dapat ditandingi oleh manusia lainnya. Pengkagum Rasulullah bukan hanya dari kalangan Islam, bahkan dari kalangan non-Islam yang tidak jemu-jemu menggali sejarah, sabda, serta ayat-ayat yang Rasulullah bawa.

Akan bersambung..

Saturday, September 08, 2007

Ashabul Kahfi...

Semalam saya menghadiri kuliah Dr Zainur Rasyid. Sejujurnya saya terasa begitu tertekan saat diberitakan segala macam kezaliman yang menimpa umat Islam. Sampai ada kalanya saya tidak ingin memandang slide yang dipaparkan kerana hati saya begitu terluka. Kezaliman yang sukar saya bayangkan dengan kata-kata. Saya terasa seperti ingin menangis di satu penjuru dengan sepuas-puasnya agar terluah segala tekanan yang saya rasakan.

Di Bosnia, parut digunakan untuk memarut tubuh saudara seislam. Di Fallujah, bom yang dicipta tidak membakar baju atau pakaian tapi spesifik untuk membakar kulit manusia.

Satu soalan diajukan. Adakah umat ini mempunyai harapan? Dan harapan tersebut terletak pada siapa? Saya tahu umat mempunyai harapan tapi bila saya melihat realiti yang dipaparkan, hati seakan tercalar. Saya terasa lemah sekali. Saya terasa seperti tiada apa pun yang mampu saya lakukan. Rasa berdosa terhadap saudara seislam sendiri begitu saya rasakan. Malah sewaktu saya menintakan tulisan ini, air mata masih bercucuran membasahi pupil mata.

Kemudian Dr Zainur Rasyid menceritakan kisah mengenai Ashabul Kahfi. Cukuplah kisah ini yang meyakinkan saya dengan sebenar-benarnya bahawa umat ini masih mempunyai harapan. Saya memetik artikel kisah Ashabul Kahfi yang saya perolehi di laman maya dan Insya Allah, di pengakhirannya kisah ini, saya akan menceritakan mengapa ianya begitu terkesan di hati saya:

{ Ashabul kahfi merupakan sebuah cerita teladan yang disebutkan di dalam al-Quran pada surat al-Kahfi ayat 9 sampai dengan ayat 26 dari 110 jumlah ayatnya. Cerita ini mengisahkan beberapa penghuni gua yang mengandung i’tibar dan pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia.

Cerita ini bermula dari sebuah kota, terletak di antara dataran luas yang sangat subur.Kebanyakan mata pencarian penduduk negeri ini adalah bercucuk tanam dan berkebun dengan menanam pohon kurma, buah-buahan jeruk, anggur dan semangka. Sebagian penduduk yang lainnya menternak haiwan seperti sapi, kambing, biri-biri dan unta, sehingga mereka hidup makmur, mereka makan hasil buminya dengan nikmat dan hidup damai sejahtera.

Agama yang dipeluk penduduk ini dan keyakinan mereka, sebagaimana penduduk negeri-negeri lain di dunia ini adalah bermacam-macam. Sebagian mereka ada yang beriman kepada Allah dan RasulNya, tetapi sebagian besar mereka adalah penyembah berhala, patung dan menyembelih hewan kurban untuknya.

Yang memerintah negeri yang subur nan makmur ini adalah seorang Raja yang lebih condong kepada agama berhala penyembah patung dan mengajak orang lain dengan paksa agar turut menyembahnya, bila tidak mengikuti kehendaknya, rakyat mengalami penyiksaan yang sangat kejam.

Keadaan dan kondisi ini telah berlangsung puluhan tahun lamanya di bawah kepemimpinannya, banyak diantara kamu muslimin mendapatkan siksaan yang luar biasa, sehingga tiada satu haripun bila ada berita yang sampai kepadanya tentang keberadaan seorang mukmin atau mukminah, pasti ditegakkan hukuman dengan menyiksanya atau menyembelihnya di depan umum, sehingga ia yakin benar dapat mencabut benih-benih iman dari dada penduduknya yang telah lama beriman kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Dengan kondisi politik dan sosial yang sangat menyulitkan kaum yang beriman kepada Allah inilah, masih ada beberapa orang yang beriman kepada Allah SWT secara sembunyi-sembunyi, karena mereka lebih takut kepada siksa Allah yang lebih kejam di hari kiamat kelak. Mereka dengan lantang penuh keberanian mendeklarasikan sikap untuk mengabaikan perintah pemimpin mereka. Mereka mampu menguasai diri, sebab mereka memiliki keoptimisan yang dibingkai ruh mas'uliyah (tanggung jawab), ruh isti'la (merasa tinggi) dan sosok kepemimpinan.
Sikap yang mereka lakukan adalah dengan tetap memegang teguh iman kepada Allah SWT dan memencilkan diri pada sebuah gua sebagai tempat berlindung seraya berdoa : “Wahai tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini”.

Namun, kehendak Allah menginginkan lain, Allah menidurkan mereka dan menutup telinga mereka dari segala kebisingan. Lalu setelah 309 tahun (Qomariyah) lamanya, Allah kembali membangunkan mereka.

Akhirnya, terbukalah segala keajaiban setelah mereka terjaga, terlebih setelah salah satu diantara mereka meminta kawannya untuk membeli sesuatu untuk mengisi perut yang kosong, mereka sedar, bahwa mereka berada di alam yang berbeza dengan zaman yang sebelumnya, mereka berada di lingkungan masyarakat yang majoriti penduduknya beragama islam dan mereka yakin, bahwa mereka adalah pelaku sejarah yang dapat menambah keimanan mereka dan kaum mukminin semua.

Demikianlah akhirnya, sesuai dengan janji Allah SWT, bahwa : “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik” (al-Kahfi : 30). Sehingga mereka pun bergabung menjadi bagian dari masyarakat yang majoriti penduduknya beragama islam.}

Hebatnya kisah pemuda-pemuda ini. Pemuda ini melakar sejarah dan Allah mengiktiraf mereka..Kita tahu, bahwa bukti dan tanda kekuasaan Allah begitu banyak dan menuntut untuk direnungi serta diambil pelajaran ('ibrah). Tanda-tanda kekuasaan Allah SWT itu dipaparkan dalam berbagai bentuk dan cara, dimaksudkan agar manusia tidak bosan dan sedar serta segera mengakui kewahdaniyahan(keesaan)-Nya. Dan Ashabul kahfi adalah salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. yang dipaparkan dalam bentuk kisah yang menarik dan patut direnungi, karena di dalamnya terdapat pelajaran bagi sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini.

Barangkali kita harus sepakat, bahwa sesungguhnya sejarah manusia itu akan terulang dari masa ke masa, meskipun perbezaan waktu, tempat dan pelaku, namun akan tetap sama seperti yang telah terjadi sebelumnya.

Kerana pentingnya memahami dan menyedari pelajaran kisah ini, Allah sendiri tidak menyebutkan siapa nama pelaku-pelakunya, sebagaimana Allah tidak menyebutkan juga jumlah dan waktu terjadinya secara pasti. Yang jelas tujuannya agar manusia mengambil pelajaran, kemudian menjalani kehidupan dengan hidayahNya. Tujuan seperti inilah yang juga melatarbelakangi sebagian besar mufassirin dalam menyikapi kisah ini, semisal Ibnu Katsir, At-Thabari dan lain-lain.

Diantara saripati yang dapat kita ambil pelajaran dari kisah ashabul kahfi adalah: Tauhidullah (mengesakan Allah SWT). Menurut para Ulama, tauhid (mengesakan) kepada Allah SWT. terbagi menjadi tiga macam, pertama, tauhid al-Uluhiyah, ialah mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah, yaitu meyakini, bahwa beribadah itu hanya ditujukan kepada Allah dan karena-Nya semata.

Kedua : Tauhid ar-Rububiyah, ialah mengesakan Allah Ta’ala dalam perbuatan, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah lah sang maha pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta.

Ketiga : Tauhid al-Shifat, ialah mengesakan Allah Ta’ala dalam sifat-Nya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta’ala dalam Dzat maupun Sifat.

Allah mengurniakan ilham buat pemuda ini. Pilihan para Ashabul kahfi untuk mengasingkan diri pada sebuah gua itu merupakan panggilan dari lubuk hati agar senantiasa dapat mempertahankan keyakinannya tentang islam, sekaligus menjalankan keyakinan itu pada tempat yang terhindar dari penglihatan manusia jelata. Sebab mereka yakin, bahwa penguasa yang sebenarnya adalah Allah SWT. bukan seorang raja yang sedang berkuasa di zamannya. Sebagaimana mereka juga sadar, bahwa segala keangkuhan sang raja, hanyalah gertakan semata-mata yang dapat sirna dengan berlalunya zaman.

Pengasingan diri yang mereka lakukan, juga merupakan wujud pengorbanan untuk meninggalkan segala kenikmatan duniawi untuk tujuan ukhrawi. Mereka rela meninggalkan keluarga, harta dan tanah air demi menyelamatkan aqidah serta khawatir akan fitnah. Untuk itu bukan tidak mungkin kisah ini menjadi inspirasi bagi hijrah Rasulullah saw. Bersama Abu Bakar ra ke Madinah dan Hijrah pertama kaum muslimin ke Habsyah.

Pengasingan itu pula merupakan metodologi seorang rakyat menolak kebijakan pemimpinnya yang terbukti dengan kedzaliman dan kerakusan akan kepemimpinan & kekuasaan. Tentunya, sekiranya jumlah ashabul kahfi mencukupi, gelombang reformasi pun pasti akan terjadi.

Kisah ini saya rasakan terlalu akrab dengan saya. Di saat saya terasa begitu kerdil, tidak mampu melakukan apa-apa, kisah ini diceritakan. Kisah ini bercerita tentang keyakinan. Cuba bayangkan, dalam zaman kefasadan, terlalu banyak maksiat yang berlaku, hanya terdapat beberapa pemuda sahaja yang cuba menyelamatkan iman mereka. Kalau nak dibandingkan dengan kefasadan yang berlaku, seolah-olah terlalu kecil tindakan mereka. Tapi bila mereka terbangun dari lena, zaman sudah berubah. Zaman Islam berdiri megah. Cuba kita renungi sedalamnya pengajaran kisah ini. Segalanya yang kita lakukan mungkin tidak mampu nak mengubah sesuatu di zaman ini. Mungkin apa yang kita lakukan terlalu kecil. Tapi janji Allah tetap akan berlaku. Islam pasti akan menang. Perbuatan kecil yang kita lakukan, hasilnya mungkin akan dilihat setelah ribuan tahun. Barangkali kita tidak berpeluang untuk melihat hasilnya, tapi yakinlah segala yang dicita-citakan untuk melihat kembali kegemilangan Islam itu pasti akan berlaku semula. Demikianlah akhirnya, sesuai dengan janji Allah SWT, bahwa : “Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik” (al-Kahfi : 30).

Itsar...

Di saat saya tidak mampu menjawab soalan Dr Zainur Rasyid sewaktu pengisian “Di Antara Risalah dan Ijazah”, tulisan seorang sahabat maya di dunia blog datang menerpa benak minda.

Saya kongsikan tulisan beliau berkenaan dengan seorang alim, Syeikh Mohammad Ghazali.

Pernah diceritakan bahawa Syeikh Mohammad Ghazali, seorang syeikh dan tok guru yang terkenal juga di Mesir ini mempunyai seorang anak murid yang cukup bijak. Dapat menguasai ilmu syariah dengan baik, usuluddin atau apa-apa sahaja disiplin ilmu yang layak untuknya dalam berguru dengan Syeikh Mohammad Ghazali.

Lalu suatu hari, ketika ujian syafawi (lisan/oral) si murid tadi ditanya oleh Syeikh Mohammad Ghazali,"Di manakah letaknya bandar Dhaka?"

Lalu dijawab, "Di sebuah negara di Benua Afrika"

Sebenarnya Dhaka adalah ibu negara kepada Bangladesh dan pada ketika itu berlaku peristiwa pencerobohan dan serangan oleh tentera India keatas saudara-saudara kita di Bangladesh.

Lalu dibalas oleh Syeikh Mohammad Ghazali, "Aku tau dirimu memang pintar dan pandai, tapi aku tidak teragak-agak untuk memberi markah sifar '0' kepadamu kerana di saat umat Islam diserang dan dicerobohi, kamu tidak mengambil peduli dan mengetahui tentang hal mereka".

Muhasabah yang paling bermakna dalam hidup saya hari ini. Itsar (mengasihi sahabat melebihi diri sendiri) menjadi sesuatu yang mempunyai makna hari ini.